Thursday 23 June 2011

TANGKUBAN PARAHU

Gunung Tangkuban Perahu terletak di Desa Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat memiliki tinggi 2.084 meter. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Gunung Tangkuban Perahu dulunya merupakan Gunung Sunda Purba ini terakhir meletus pada tahun 1910, memiliki 9 kawah yaitu Kawah Ratu, Upas, Domas, Baru, Jurig, Badak, Jurian, Siluman dan Pangguyungan Badak. Kawah Ratu merupakan kawah terbesar di Gunung Tangkuban Perahu. Kawah Ratu masih berstatus aktif dan mengeluarkan asap yang mengandung belerang. Kawah Upas terletak bersebelahan dengan Kawah Ratu. Kawah Upas memiliki dasar kawah yang dangkal dan datar, dengan pepohonan liar tampak banyak tumbuh di salah satu sisi dasar kawah. Kata Upas berarti Racun. Meskipun tampak seperti kawah mati, konon kawah ini pernah mengeluarkan gas berbahaya yang tidak berbau dan berwarna.

Perjalanan dari kota Bandung selama 25 menit ke arah utara sejauh 30 km. Sayang salah satu obyek wisata yang terkenal di Indonesia ini kurang terawat dengan baik. Jalan menuju puncak rusak, berlubang dan berpasir. Padahal dengan pemasukkan dari tiket masuk sebesar 15.000/orang, parkir kendaraan dan bantuan APBD, seharusnya sudah menutup biaya operasional dan perbaikan di obyek wisata tersebut. Ah, tapi memang saya tidak terlalu memperdulikan kondisi jalan tersebut. Semakin rusak, semakin baik. Semakin cocok untuk beradventure ria.

Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu, sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.











Saya sendiri, jika ke Tangkuban perahu tidak pernah menggunakan jalur wisata. Saya selalu menggunakan jalur adventure, selain supaya bisa masuk gratisan juga supaya saya bisa menikmati tangkuban perahu dengan tenang dan bebas. Jauh dari hiruk pikuk wisatawan.

CIKURAY

Cikuray yang identik dengan sebuah kerucut raksasa adalah salah satu gunung yang terletak di selatan kota Garut Jawa Barat. Gunung yang termasuk dalam kelompok pegunungan muda ini dikategorikan sebagai gunung yang non aktif. Meskipun gunung ini indah, tetapi termasuk jarang didaki dan dijamah dan harus mengakui kepopuleran gunung lainnya seperti Gunung Gede Pangrango ataupun Gunung Ciremay. Untuk mencapai lokasi pendakian, pendaki bisa memulai dari Cilawu, selanjutnya menuju perkebunan Dayeuh Manggung, sebelum memulai pendakian menuju puncak gunung ini. Dari daerah tersebut pendaki dapat menemukan sebuah tower yang cukup tinggi (TVRI) yang nantinya dapat dijadikan arah (pedoman) dalam perjalanan menuju puncak.
Seperti karakteristik dari gunung-gunung lain yang memiliki bentuk seperti ini, mata air mengalir akan sulit ditemukan atau bahkan tidak terdapat sama sekali dalam perjalanan menuju ke puncak gunung, dan mata air yang ada di gunung ini pun hanya ditemukan di bawah (Cilawu atau Dayeuh Manggung). Oleh karena itu para pendaki sebaiknya membawa persediaan air yang cukup.
Untuk mencapai puncak gunung yang tingginya mencapai 2821 meter diatas permukaan laut ini, diperlukan waktu tempuh selama 7 sampai 12 jam untuk waktu normal dan pada waktu tertentu sebaiknya pendaki diasarankan agar beristirahat untuk menjaga kondisi dan tenaga. Karena jalur pendakian yang masih termasuk jarang dijamah orang, maka kita akan disuguhkan sebuah pemandangan hutan asri dan alami, tetapi perlu diingat oleh setiap pendaki bahwa dalam perjalanan selama menuju ke puncak kita akan menemukan beberapa percabangan jalan, karena petunjuk menuju puncak gunung tidak terdapat dengan jelas seperti halnya Gunung Gede yang telah menggunakan tanda panah untuk mencapai ke puncak, maka sebaiknya pemimpin rombongan selalu ekstra hati-hati dalam mengambil jalur pendakian, karena tidak sedikit pendaki yang tersesat karena salah dalam menentukan jalur yang akan dilalui dalam pendakian.
Hutan yang terdapat di gunung ini merupakan salah satu hutan yang sangat sempurna, karena pada beberapa bagian lereng ataupun lembah hampir tidak pernah dijamah oleh manusia, itu terbukti ketika penulis mencoba membuka jalur baru, penulis tidak menemukan bekas-bekas eksploitasi tangan manusia, bahkan pencari kayupun tidak pernah mencapai lokasi tersebut.
Itu terbukti dari tidak adanya jejak yang berupa potongan ranting yang membuka jalan setapak, baik menuju puncak ataupun menuruni puncak. Dan keadaan ini berbeda dengan kebanyakan gunung di Jawa Tengah. Gunung-gunung di Jawa Tengah selain Gunung Slamet (3428 M) telah mengalami eksploitasi besar-besaran sehingga fungsi hutan sebagai penyangga daerah sekitar dan sumber air bersih untuk penduduk menjadi terganggu bahkan di beberapa tempat hampir tidak ditemukan mata air mengalir.
Setiap pendaki pasti akan merasa gembira setelah mencapai puncak, begitu juga dalam pendakian ke puncak Gunung Cikurai ini. Pendaki merasa puas setelah mencapai puncak. Khususnya puncak cikurai, pendaki akan disuguhkan pemandangan yang mungkin berbeda dengan pemandangan di puncak gunung lain, karena kalau kita berdiri di puncak gunung ini yang luasnya kurang lebih sebesar “lapangan sepak bola”, pandangan mata kita akan sangat jelas melihat sekeliling gunung, karena tidak ada pohon ataupun bangunan apapun yang menghalangi pandangan kita. Oleh karena itu sebaiknya pendaki mencapai puncak pada dini hari karena ketika matahari terbit, pemandangannya mungkin tidak akan pernah bisa dilupakan.
Setelah pendakian puncak selesai, pendaki diberi pilihan untuk jalur penurunan. Pendaki dapat turun menuju Cikajang atau turun melewati jalur awal ketika pendaki memulai pendakian.
Untuk mencapai Cikuray dapat ditempuh dengan naik kendaraan umum dari Bandung atau dari Tasikmalaya menuju terminal Guntur. Dari terminal kota kita dapat menumpang angkutan kota nomor 06 jurusan Garut – Cilawu dan turun di portal perkebunan teh nusantara (PTPN) VIII atau Dayeuh Manggung. Dari sini, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki sekitar 10 km menuju pemancar beberapa stasiun televisi sebagai titik awal pendakian. Kalau mau cepat, kita dapat menyewa ojek seharga Rp.30 ribu per orang.
Atau bisa gunakan 2 jalur pendakian lain yg biasa digunakan  (Cikajang dan Bayongbong). Ketiga jalur tersebut menawarkan medan yang sangat menarik dengan karakteristik masing-masing. Jalur bayongbong adalah jalur yang paling terjal, tetapi dapat cepat sampai di puncak.






Bagi saya pribadi, jalur pendakian Cikurai ini cukup berat. Karena mulai dari awal pendakian hingga puncak kita akan senantiasa disuguhi jalur yang terus menanjak. Oleh karena itu, siapkan fisik dan mental anda.
Tapi semua rasa lelah dan penat akan terbayarkan begitu anda mencapai puncak.